Si cilik yang tak mau diam. Ada aja yang kubikin. Korban penjajahanku kali ini adalah bungkus permen. Permen jaman dulu yang murah meriah yang 5 perak dapat 3 biji. Mbok-mbok penjual biasanya menaruhnya di toples kecil transparan sehingga warna-warni dan motif bungkus permennya ter-ekspose. Permen 'kampung' seperti ini saat ini sudah nyaris punah, tak mampu bersaing dengan lolipop, permen sugus, tictac, mentos dan sejenisnya, mungkin sama nasibnya dengan permen pagoda pastilles (masih ada gak ya?). Yang masih dikemas bungkus permen klasik tinggal permen tradisional seperti permen jahe dan permen asam serta permen susu, itu pun bungkusnya sudah gak 'nyeni' lagi melainkan cenderung transparan atau putih dengan gambar sapi cemberut seperti di permen susu.
Kembali ke bungkus permen tadi, bungkusnya aku ikat dengan benang kasur di bagian tengahnya sebagai pinggang langsing dari sang mbon-mbon (boneka--istilahnya Dian), bagian tubuh boneka adalah potongan tangkai kembang tebu (bunganya tebu). Sementara wajahnya berasal dari pelepah bambu di belakang rumahku yang kugunting oval, karena menurut pemikiran si Cilik Dian, warna pelepah bambu ini sama dengan warna kulit orang Indonesia yang sawo matang. Aku suka menggambar, jadi untuk urusan gambar mata hidung dan bibir yang tersungging aku percayakan pada tanganku dan sebuah pena. Untuk rambut aku pakai benang wool warna hitam, ada yang kubiarkan tergerai, ada juga yang kuikat pita atau kepang. Potongan tangkai kembang tebu tadi aku lebihkan di bagian bawahnya untuk aku masukkan ke kotak alas, agar sang mbon mbon bisa berdiri. Kotak yg kupakai adalah kotak obat nyamuk bakar yang warna merah (merk apa ya lupa, saat itu obat nyamuk bakar merk Baygon belum masuk ke desaku). Kotak itu kubungkus warna emas baik merah, kuning, biru atau perak, agar penampilan keseluruhan boneka sedikit berkilau serasi dengan kilau plastik bungkus permennya. Apa saja hasil karya anak-anaknya akan dipajang oleh bapak ibuku. Si boneka dipajang di bufet berkaca. Aku senang bisa dinikmati para tamu yang datang ke rumah. Saat ada tukang foto keliling lewat rumahku, para boneka koleksiku di foto, dibayari ibuku. Aku lupa dimana kutaruh foto ini.
Saturday, March 27, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment